Pages

Selasa, 20 April 2010

Memahami Dharmayatra dan tempat-tempat suci agama Buddha

1. Pengertian Dharmayatra
Dharmayatra terdiri dari dua kata, yaitu : dhamma dan yatra. Dharmma (Pali) atau Dharma (Sanskerta) artinya kesunyataan, benar, kebenaran, hukum, ajaran, suci, ide, segala sesuatu, segala keadaan dan sebagainya. Sedangkan yatra (Sanskerta-Pali) artinya ditempat mana. Jadi kata dharmayatra atau Dhammayatra arti harfiahnya adalah di tempat dharma (dhamma). Dengan demikian Dharmayatra atau dhammayatra yang dimaksud adalah tempat yang berhubungan dengan dhamma, yang perlu dikunjungi oleh umat Buddha. Karena mengunjungi tempat dhamma inilah maka akhirnya dhamma (dharma) yatra, secara umum berarti mengunjungi tempat-tempat suci yang berhubungan langsung dengan berbagai peristiwa penting dalam kehidupan Buddha Gotama. Dalam Bahasa Indonesia kita bisa menyebutnya WISATA DHARMA.
2. Tujuan dan Manfaat Dharmayatra
Manfaat yang didapat sebagai hasil karma baik karena berdarmayatra adalah besar sekali. Karena manfaat berdarmayatra ini akan membantu dan menentukan kelahiran kita pada kehidupan yang akan datang. Hal ini dapat kita ketahui dan kutipan dibawah ini.

“Ananda, ada empat tempat yang layak di ziarahi oleh umat yang penuh keyakinan dan menginspirasikan kebangkitan spritual dalam diri mereka. Tempat-tempat tersebut adalah Lumbini, Bodhgaya, Taman Rusa Isipatana dan Kusinara.”

“Ananda, bagi mereka yang berkeyakinan kuat melakukan ziarah ke tempat-tempat itu, maka setelah mereka meninggal dunia, mereka akan terlahir kembali di alam surga.” (Mahaparinibbana Sutta).

Buddha juga menjelaskan kepada Ananda bahwa jika pada peziarah ini meninggal saat berziarah ke tempat-tempat tersebut dengan hati yang penuh bakti dan keyakinan, maka mereka akan terlahir di alam bahagia.

Keempat tempat tersebut dapat membangkitkan semangat kerohanian. Jika seornag umat Buddha yang penuh dengan keyakinan dan bakti kepada Buddha mengunjungi tempat cusi, is akan merasa sangat bahagia. Namun Buddha sendiri tidak mewajibkan kita untuk mengunjungi tempat-tempat suci. Tujuan utama dari perjalan ke tempat-tempat suci adalah untuk menumbuhkan keyakinan kita terhadap ajaran Buddha.
Ada banyak makna yang dapat kita petik dan kita renungkan dari perjalanan ke keempat tempat suci ini. Di Lumbini, tempat kelahiran Bakal Buddha, kita dapat merenungkan bahwa kehadiran seorang Buddha di dunia ini sangatlah berharga. Kita harus mensyukuri bahwa saat ini kita terlahir sebagai manusia dan mengenal ajaran Buddha. Tidak semua makhluk di dunia ini seberuntung kita. Oleh sebab itu kita hendaknya tidak menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Kita harus giat memperlajari Dharma dan mempraktikannya agar hidup kita menjadi lebih bahagia lagi.

Di Bodhgaya, tempat Petapa Gotama mencapai Pencerahan, kita bisa merenungkan bahwa Bodhisatta mampu mencapai Pencerahan dengan penuh perjuangan. Sebenarnya menjadi Buddha bukanlah hanya bisa dicapai oleh Petapa Gotama. Semua makhluk mempunyai kesempatan untuk menjadi Buddha, termasuk kita semua. Dengan merenungkan ini kita hendaknya lebih semangat dalam melakukan kebajikan agar dapat merealisasi Kebuddhaan seperti Buddha Gotama.

Taman Rusa Isipatana adalah tempat Buddha pertama kali membabarkan Dharma. Jika kita berada di tempat ini, renungkan bahwa Dharma telah dibabarkan dengan sempurna. Buddha mengajarkan bahwa hidup kita diliputi penderitaan. Buddha juga mengajarkan sebab dari penderitaan dan jalan untuk mengakhiri penderitaan tersebut. Oleh kerana itu, jalanilah ajaran Buddha dengan baik. Dengan demikian kita dapat mengurangi dan mengakhiri penderitaan.

Di Kusinara, tempat Buddha merealisasi Parinibbana (wafat), kita dapat merenungkan bahwa segala sesuatu yang terbentuk pasti akan hancur. Sebelum wafat, Buddha berkata, “Vayadhamma sankhara, appamadena sampadetha,” yang berarti segala sesuatu yang terbentuk pasti akan hancur, berjuanglah dengan penuh kesadaran. Inilah pesan terakhir Buddha kepada kita semua. Semua yang terbentuk akan hancur, oleh sebab itu kita tidak boleh terlalu melekat, pada segala hal. Yang terpenting dalam hidup ini adalah berjuang untuk selalu berpikir, berucap, dan berbuat secara bajik dan bijak.

3. Tempat-tempat Dhammayatra
Menjelang Parinibbana, Buddha menguraikan khotbah Mahaparinibbana Sutta. Di dalam khotbah ini, Buddha menjelaskan tentang tempat-tempat yang menjadi tujuan Dharmayatra dan manfaat melakukan kegiatan Dharmayatra tersebut. Tempat-tempat Dharmayatra yang disebutkan dalam Mahaparinibbana Sutta oleh sang Buddha kepada Bhikkhu Ananda adalah tempat yang sakral bagi umat Buddha karena keempat tempat ini adalah tempat-tempat yang berhubungan langsung dengan empat peristiwa bersejarah yang terjadi dalam kehidupan Buddha Gotama. Keempat tempat tersebut adalah :

Taman Lumbini sekarang dikenal dengan sebutan Rummindei (Nepal). Sekitar 2500 tahun silam, telah terjadi suatu peristiwa maha besar yang menggetarkan jagat raya, yaitu lahirnya seorang Bakal Buddha (Bodhisatta). Peristiwa itu terjadi saat bulan purnama di bulan Waisak pada tahun 623 SM. Bakal Buddha adalah putra Raja Suddhodana dari suku Sakya.

Lumbini saat ini dilestarikan sebagai salah satu tempat ziarah umat Buddha. Banyak umat Buddha yang mengadakan perjalanan dan berziarah di tempat ini sebagai penghormatan kepada Buddha.

Di Taman Lumbini ini terdapat sebuah pilar setinggi 22 kaki yang didirikan oleh Raja Asoka (duku dinamai Pilar Rummindei). Pilar ini dibangun untuk memperingati tempat kelahiran seorang manusia besar. Tak jauh dari situs tempat kelahiran Bodhisatta, terdapat sebuah vihara kecil yang bernama Vihara Mayadevi. Vihara ini dibangun sebagai penghormatan kepada Ibunda Bodhisatta yaitu Ratu Mahamaya.

Taman Lumbini adalah saksi dari kelahiran seorang Bakal Buddha.

Bodhgaya adalah tempat Petapa Gotama mencapai Pencerahan atau Bodhi, Bodhgaya berada di pinggir Sungai Neranjara yang sekarang telah kering. Dulu, tempat ini adalah sebuah hutan yang dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutaan Hutan Gaya, namun sejak Petapa Gotama mencapai Pencerahan di tempat tersebut, maka Hutan Gaya akhirnya populer dengan nama Bodhgaya atau Buddhagaya.

Saat ini di Bodhgaya terdapat sebuah vihara bernama Vihara Mahabodhi, yang menjulang setinggi 52 meter. Vihara ini merupakan wihara terbesar di India. Di sisi belakang bangunan dan barat bangunan wihara terdapat pohon bodhi yang diyakini merupakan turunan dari pohon yang menaungi Petapa Gotama bermeditasi dan mencapai Bodhi menjadi Buddha. Di dekat pohon tersebut terdapat papan batu pasir berwarna kemerahan yang dipandang sebagai tempat duduk Petapa Gotama saat bermeditasi mencapai Kebuddhaan.

Selain Vihara Mahabodhi, terdapat pula Vihara Sujata di Bodhgaya. Vihara Sujata tampak sederhana. Di vihara ini, biasanya para peziarah membaca paritta dan merenungkan kembali kisah yang telah terjadi di tempat itu lebih dari 2.500 tahun. yaitu Sujata mempersembahkan nasi susu kepada Petapa Gotama sebagai makanan terakhirnya sebelum mencapai Pencerahan.

Ada dua peristiwa penting di Taman Rusa Isipatana. Yang pertama adalah dibabarkannya ajaran Buddha untuk pertama kalinya kepada lima petapa, yaitu Dhammacakkappavatthana Sutta, yang berisi tentang empat Kebenaran Mulia, termasuk di dalamnya Jalan Mulia Berfaktor Delapan. Peristiwa penting kedua adalah terbentuknya Sangha Bhikkhu untuk pertama kalinya. Usai mendengarkan pembabaran Dharma dari Buddha, kelima petapa merasa sangat bahagia, kemudian memohon kepada Buddha untuk ditahbiskan menjadi Bhikkhu. Sejak saat itu lengkaplah Tiga Permata: Buddha, Dharma, dan Sangha.

Taman Rusa Isipatana sekarang dikenal dengan nama kota Sarnath. Dikota ini terdapat Stupa Dhamekh, yang dulunya bernama Stupa Dhmmacakka. Stupa ini dibangun oleh Raja Asoka, Selain itu, terdapat vihara yang bernama Mulagandhakuti. Sarnath juga dikenal dengan Pilar Asoka yang terbuat dari batu-pasir. Pilar ini bermahkotakan empat patung singa besar yang merupakan lambang dari Republik India. Bentuk roda seperti yang terdapat pada mahkota pilar ini juga menghiasi tiga warna bendera Negara India. Pada pilar tersebut terdapat pahatan dari titah raja yang berbunyi, “Tidak ada seorang pun yang boleh menyebabkan terpecah-belahnya kubu para Bhikkhu.” Kalimat ini mengandung peringatan terhadap para Bhikkhu dan Bhiksuni untuk menjaga keutuhan Sangha dan setia terhadap vinaya (peraturan disiplin Bhikkhu dan Bhiksuni).


Kusinara sekarang dikenal dengan nama Kushinagar. Kushinagar adalah tempat ziarah keempat untuk seluruh umat Buddha. Di tempat ini, dengan kasih sayangnya, Buddha mempersilakan Subhada untuk bertemu dengan-Nya. Subhada kemudian menjadi siswa terakhir yang ditahbiskan Buddha sebelum Buddha merealisasi Parinibbana.

Di Kusinara inilah, pada bulan purnama Waisak tahun 543 SM, Buddha wafat. Setelah wafat, Buddha tidak lagi terikat pada tubuh fisiknya. Saat itulah, sembari berbaring di antara dua pohon sala kembar, Buddha mencapai Nibbana Tanpa Sisa atau Parinibbana.

Di Kusinara dapat dijumpai sebuah cetiya yang sekarang tinggal tumpukan batu merah saja. Orang-orang menyebut cetiya ini dengan nama Cetiya Makutabhandana atau sekarang dikenal sebagai Stupa Rambhar. Di cetiya inilah jenazah Buddha dikremasi tujuh hari setelah Beliau wafat.

Di luar India terdapat juga tempat-tempat suci yang layak untuk kita ziarahi. Ada banyak makna Dharma yang dapat kita pelajari dari candi-candi Buddha. Meskipun candi-candi tersebut bukanlah tempat yang berhubungan langsung dengan kehidupan Buddha, namun di sana terdapat banyak simbol yang mengandung ajaran Buddha.

4 komentar:

Rudi Hardjon Dhammaraja mengatakan...

Mantappp Ramani Sujata Lie

Rudi Hardjon Dhammaraja mengatakan...

Lebih mantap lagi memang kalau kita bisa melakukan Dhammayatra secara langsung. Semoga banyak umat Buddha yang dapat melakukan Dhammayatra terlebih dahulu ketimbang melakukan perjalanan wisata ke tempat lain.

clarissaliang mengatakan...

Tuliskan makna berkunjung ke kusinara

clarissaliang mengatakan...

Jelaskan 3 cara yang dilakukan untuk menghormati suatu tempat suci.

Posting Komentar